04 Desember 2011

[serial kenapa] Kenapa di Semi Palar ada Hari Rumput?

Dari waktu ke waktu, ada sesuatu yang di Semi Palar kita sebut Hari Rumput. Beberapa rekamannya ada di sini (tahun 2007) dan di sini (tahun 2008). Memang ini sesuatu yang tidak lazim, bahkan mungkin aneh untuk sebagian orang. Karena dengan area bermain yang tidak terlampau luas di Semi Palar, lapangan rumput adalah bagian penting dari keseharian anak. Lapangan kecil ini adalah ruang di mana anak kejar-kejaran dan main bola. Lompat tali bahkan berguling-guling. Menjadi sangat menarik saat anak bisa sangat memahami dan dengan disiplin dan konsekuensi tinggi bersepakat selama jangka waktu tertentu untuk tidak menginjak rumput. Dalam prakteknya juga, mereka tidak banyak protes, tidak banyak bertanya, seakan segera paham untuk apa Hari Rumput ini diadakan. Ini berlaku tidak hanya di anak-anak yang sudah besar tapi juga di anak-anak yang masih kecil.

Hari Rumput adalah hari-hari di mana siapapun di Semi Palar memberi ruang dan waktu kepada helai-helai rumput untuk beristirahat. Untuk menumbuhkan diri, untuk menyegarkan dirinya kembali, tanpa terganggu. Bagi kita semua, ini kita harapkan menciptakan kesadaran bahwa hal kecil (rumput) yang biasanya sehari-hari tidak kita perhatikan, bahkan kita injak-injak adalah juga mahluk hidup. Mahluk hidup seperti kita adanya.

Sabtu, 3 Desember yang lalu, Rumah Belajar Semi Palar kedatangan Abah Iwan - yang berbagi dan menginspirasi kami yang hadir. Gambar di bawah ini adalah saat Abah bercerita, mengingatkan kita betapa kita sangat berhutang budi pada segala rumput dan pepohonan di sekitar kita. Satu-satunya penghasil oksigen di muka bumi ini adalah tetumbuhan. Cobalah menahan nafas selama 1-2 menit, dan kita menjadi sedikit paham pentingnya tetumbuhan di muka bumi ini.

Menarik bahwa Abah sempat bercerita mengenai bagaimana ayahnya tidak membolehkan Abah untuk menjadi pecinta alam. Lho, kenapa melarang? Karena alam adalah bagian dari kehidupan. Alam adalah bagian dari kita, kita adalah bagian dari alam. Kita adalah satu. Kalau kita mengatakan kita mencintai alam, seakan kita adalah bagian terpisah dari alam, kita menempatkan diri sebagai sesuatu yang lebih dari alam. Kesadaran ini - yang begitu sederhana tapi mendasar - adalah hal penting yang perlu kita tumbuhkan dalam diri kita, dalam diri anak-anak kita. Dalam pertemuan kemarin, Abah berulang-ulang bertanya, "Who are we, siapa kita?" Kenapa kita manusia merasa begitu istimewa, begitu tinggi hati.

Lalu apa yang bisa kita lakukan? Ayo kita bersentuhan dengan rumput, dengan bunga dan pohon, dengan alam, dengan semesta... Menyentuhnya dengan jemari, menyentuhnya dengan perhatian, dengan batin kita...


Mudah-mudahan dengan segala pemahaman kita yang terbatas kita bisa belajar dan kembali memahami kebersatuan kita dengan alam yang semakin hilang. Mungkin kita bisa mulai belajar dari rumput... Mudah-mudahan...

Hatur nuhun Abah Iwan untuk inspirasinya...

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails