11 Maret 2012

lagi-lagi tentang rumput [delaying gratification]

Di Rumah Belajar Semi Palar, kerapkali kakak dan teman-teman di kelas berhadapan dengan hal-hal yang tampaknya tidak penting, tidak signifikan, mungkin bisa dibilang non-akademik sifatnya. Minggu lalu, hal ini berulang lagi, lapangan rumput di Semi Palar kembali menjadi isu bersama. Rumput, benda kecil yang sehari-hari kita injak-injak tanpa banyak kita pedulikan atau kita pikirkan.

Buat kami para guru, kondisi ini memang berbenturan antara bagaimana memfasilitasi kebutuhan murid bergerak dan beraktifitas fisik, dan bagaimana sekolah memelihara fasilitas yang ada agar tetap dalam kondisi baik. Sebelumnya hal ini kami coba atasi melalui apa yang kita sebut dengan Hari Rumput, tapi tampaknya Hari Rumput ini jauh dari memadai untuk menjaga supaya lapangan rumput di sekolah tetap hijau dan sehat.

Sebuah gagasan muncul untuk meminta pendapat langsung dari teman-teman yang memang memanfaatkannya untuk bermain sehari-hari. Akhirnya terselenggaralah pertemuan yang diistilahkan MPR (Majelis Permusyawaratan Rumput) di mana setiap kelompok belajar (kelas) mengirimkan dua orang wakil ke sebuah pertemuan dengan kak Andy untuk menemukan solusi terbaik dari situasi ini. Ijinkan saya sedikit bercerita tentang pertemuan yang baru pertama kali diselenggarakan di Semi Palar.

Pertemuan dihadiri semua kelompok mulai dari kelas terbesar (Macan Kumbang - SD 6) sampai terkecil (Kancil - PG) - sayangnya kami tidak sempat membuat dokumentasi dari pertemuan tersebut. Semua teman hadir sepertinya dengan kesadaran besar akan apa yang hendak dilakukan di pertemuan ini. Karena waktu yang singkat, saya membukanya dengan memperlihatkan kondisi lapangan rumput kita dulu dan sekarang. Segera saja teman-teman kecil ini paham situasinya, dan bersepakat untuk mengembalikan lapangan rumput ke kondisi sebelumnya.


Ide-ide bermunculan dari semua yang hadir, teman-teman dari Jalak Bali bahkan hadir membawa notulensi pembicaraan mereka sebelumnya di kelompok mereka. Luar biasa sekali bagaimana mereka bisa saling memberikan pendapat, mendengarkan pendapat teman bahkan sampai ke adik-adik yang terkecil sekalipun. Semua mendengarkan saat seorang wakil dari kelompok Kancil (diwakili Yazid) mengemukakan pendapatnya - walaupun berbeda dari pendapat teman-temannya yang lain. Yazid bilang, ia lebih suka lapangan yang banyak tanahnya :-). Mereka juga bertanya kritis :"ka Andy, kalau menanam rumput itu perlu waktu berapa lama?"

Akhirnya kesepakatan bersama dibuat bahwa lapangan rumput akan segera ditanami kembali. Hari Rumput akan dijalankan selama 2 kali jangka waktu satu bulan dalam satu semester. Teman-teman kecil ini sadar betul bahwa karena area lapangan terbatas dan tidak mungkin diperluas sementara jumlah murid semakin banyak dan Hari Rumput yang dulu dijalankan tidak memadai untuk menjaga lapangan rumput tetap dalam kondisi baik. Yang mengagumkan adalah bahwa mereka juga sangat menyadari bahwa sebagai konsekuensinya, mereka tidak akan bisa bermain di lapangan rumput selama jangka waktu tersebut.

Beberapa hari berselang, Semi Palar kedatangan seorang kenalan baru yang datang dari Bali, namanya Gobind Vashdev, penulis buku Happines Inside, beliau banyak berbagi ke banyak orang lewat seminar dan workshop, khususnya dari sudut pandang kehidupan dan spiritualitas. Tidak tahu persis apa yang mendorong Gobind berkunjung ke Semi Palar, tapi setelah berbincang terasa jelas bahwa kita punya banyak pandangan yang sejalan tentang pendidikan dan banyak hal lainnya. Saya sempat bercerita tentang soal rumput ini, dan mendengar satu istilah yang baru sekarang saya pahami betul : delaying gratification. Soal rumput ini adalah salah satu contohnya. Dan menurut beliau, adalah penting sekali anak-anak mengalami dan belajar soal ini : menunda kesenangan. Saya memahami bahwa hal ini akan menjadi bekal yang penting bagi hidup anak-anak kita saat dewasa kelak. Saya membayangkan bahwa hal-hal semacam inilah yang akan membuat hidup seseorang menjadi utuh, seimbang dan bermakna.

Rumput... tanpa diduga kita bisa belajar banyak dari tumbuhan sederhana ini. Beberapa waktu lalu Abah Iwan bicara tentang bagaimana kita semua bisa belajar dari rumput... Ternyata dari Gobind kita tahu bahwa rumput adalah media untuk kita belajar menunda kesenangan - delaying gratification... Semoga kita semua bisa terus menemukan hal-hal baru dari mahluk sederhana yang juga ciptaan Tuhan yang Maha Besar. Sungguh, semua orang (bahkan segala sesuatu) adalah guru, dan alam semesta adalah ruang kelasku...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails