26 Maret 2011

[ serial kenapa ] : kenapa Semi Palar menggunakan nama kelompok / bukan kelas?

Sejak periode tahun pendidikan yang lalu (2009-2010), kami mengubah sebutan kelas menjadi kelompok. Kelas-kelas yang dulu diurutkan dengan angka sebagai identitas kelas, kita ubah menjadi kelompok-kelompok belajar. Tahun ini yang ada di Semi Palar adalah kelompok Arjuna, Pandu Dewanata, Bima, Gatotkaca, Hanoman dan lain sebagainya. Tahun lalu kelompok belajar anak adalah kelompok Columba, Pegasus dll. yaitu nama-nama rasi bintang di tata surya kita.

Sebetulnya pembentukan kelas-kelas memang adalah bagian dari manajemen kurikulum, di mana sekolah mengorganisasikan pembelajaran dengan cara membentuk kelompok siswa sesuai tahapan perkembangan antar siswa yang paling mendekati. Tujuannya agar guru dapat menghantarkan materi – tahapan demi tahapan secara efektif kepada para murid sesuai dengan kemampuan dan tingkat pengolahan mereka.

Lalu apa bedanya penamaan kelompok dengan urutan kelas menggunakan angka? Kelas-kelas yang secara tradisional dikelompokkan berdasarkan urutan nomor (kelas satu, kelas dua dan seterusnya) secara eksplisit mendefinisikan tinggi dan rendah. Padahal proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi tidak mesti berjalan linier (satu jalur - satu arah). Program pembelajaran yang terjadi dalam satu kelompok tidak mesti lebih rendah kualitasnya di bandingkan kelompok yang usianya lebih tinggi. Pembelajaran yang holistik memang mengandung proses pembelajaran yang kompleks dan saling terkait. Proses belajar toh pada esensinya adalah proses panjang yang berkesinambungan yang tidak terpenggal-penggal berdasarkan kelompok-kelompok.

Penamaan kelompok belajar kami pandang adalah metode pengelompokkan yang lebih ramah bagi anak. Kelompok menghilangkan kesan tingkatan – tinggi rendah-nya satu kelas dibandingkan yang lain. Dengan demikian proses pembelajaran antar kelompok berjalan dalam suasana yang lebih merata dan egaliter. Pada saat kegiatan antar kelompok (misalnya Bima / SD-5 dan Jatayu / SD-2) yang seharusnya terjadi adalah kolaborasi dan kerja sama antar kelompok dalam dinamika pembelajaran yang saling mengisi.

Hal lain yang bisa didapatkan oleh anak adalah bahwa nama-nama yang dipilih mengandung didalamnya jiwa / karakter tertentu. Nama binatang, misalnya Lebah, tentunya akan mencerminkan karakter tekun dan pekerja keras. Pada saat menentukan nama kelompok, anak-anak dan kakak di kelas bisa ikut membangun karakter-karakter positif di dalam kelompok mereka lewat identitas kelompok yang mereka tentukan. Sehingga di tahun ini anak-anak Smipa berkenalan dengan tokoh2 pewayangan… Di sisi lain, angka, ya hanyalah angka belaka… tidak lebih dan tidak kurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails