catatan harian semi palar
rekam jejak langkah teman-teman kecil di Rumah Belajar Semi Palar
11 September 2012
www.semipalar.sch.id
Rekan-rekan semua yang sempat mampir di sini. Terima kasih. Di dunia maya ini kami sudah punya rumah dengan alamat baru di www.semipalar.sch.id.
Silakan juga mampir ke sana, seandainya informasi yang ada di sini tidak anda jumpai.
Salam Smipa, Salam pendidikan.
24 Maret 2012
20 Maret 2012
11 Maret 2012
lagi-lagi tentang rumput [delaying gratification]
Di Rumah Belajar Semi Palar, kerapkali kakak dan teman-teman di kelas berhadapan dengan hal-hal yang tampaknya tidak penting, tidak signifikan, mungkin bisa dibilang non-akademik sifatnya. Minggu lalu, hal ini berulang lagi, lapangan rumput di Semi Palar kembali menjadi isu bersama. Rumput, benda kecil yang sehari-hari kita injak-injak tanpa banyak kita pedulikan atau kita pikirkan.
Buat kami para guru, kondisi ini memang berbenturan antara bagaimana memfasilitasi kebutuhan murid bergerak dan beraktifitas fisik, dan bagaimana sekolah memelihara fasilitas yang ada agar tetap dalam kondisi baik. Sebelumnya hal ini kami coba atasi melalui apa yang kita sebut dengan Hari Rumput, tapi tampaknya Hari Rumput ini jauh dari memadai untuk menjaga supaya lapangan rumput di sekolah tetap hijau dan sehat.
Sebuah gagasan muncul untuk meminta pendapat langsung dari teman-teman yang memang memanfaatkannya untuk bermain sehari-hari. Akhirnya terselenggaralah pertemuan yang diistilahkan MPR (Majelis Permusyawaratan Rumput) di mana setiap kelompok belajar (kelas) mengirimkan dua orang wakil ke sebuah pertemuan dengan kak Andy untuk menemukan solusi terbaik dari situasi ini. Ijinkan saya sedikit bercerita tentang pertemuan yang baru pertama kali diselenggarakan di Semi Palar.
Pertemuan dihadiri semua kelompok mulai dari kelas terbesar (Macan Kumbang - SD 6) sampai terkecil (Kancil - PG) - sayangnya kami tidak sempat membuat dokumentasi dari pertemuan tersebut. Semua teman hadir sepertinya dengan kesadaran besar akan apa yang hendak dilakukan di pertemuan ini. Karena waktu yang singkat, saya membukanya dengan memperlihatkan kondisi lapangan rumput kita dulu dan sekarang. Segera saja teman-teman kecil ini paham situasinya, dan bersepakat untuk mengembalikan lapangan rumput ke kondisi sebelumnya.
Ide-ide bermunculan dari semua yang hadir, teman-teman dari Jalak Bali bahkan hadir membawa notulensi pembicaraan mereka sebelumnya di kelompok mereka. Luar biasa sekali bagaimana mereka bisa saling memberikan pendapat, mendengarkan pendapat teman bahkan sampai ke adik-adik yang terkecil sekalipun. Semua mendengarkan saat seorang wakil dari kelompok Kancil (diwakili Yazid) mengemukakan pendapatnya - walaupun berbeda dari pendapat teman-temannya yang lain. Yazid bilang, ia lebih suka lapangan yang banyak tanahnya :-). Mereka juga bertanya kritis :"ka Andy, kalau menanam rumput itu perlu waktu berapa lama?"
Akhirnya kesepakatan bersama dibuat bahwa lapangan rumput akan segera ditanami kembali. Hari Rumput akan dijalankan selama 2 kali jangka waktu satu bulan dalam satu semester. Teman-teman kecil ini sadar betul bahwa karena area lapangan terbatas dan tidak mungkin diperluas sementara jumlah murid semakin banyak dan Hari Rumput yang dulu dijalankan tidak memadai untuk menjaga lapangan rumput tetap dalam kondisi baik. Yang mengagumkan adalah bahwa mereka juga sangat menyadari bahwa sebagai konsekuensinya, mereka tidak akan bisa bermain di lapangan rumput selama jangka waktu tersebut.
Beberapa hari berselang, Semi Palar kedatangan seorang kenalan baru yang datang dari Bali, namanya Gobind Vashdev, penulis buku Happines Inside, beliau banyak berbagi ke banyak orang lewat seminar dan workshop, khususnya dari sudut pandang kehidupan dan spiritualitas. Tidak tahu persis apa yang mendorong Gobind berkunjung ke Semi Palar, tapi setelah berbincang terasa jelas bahwa kita punya banyak pandangan yang sejalan tentang pendidikan dan banyak hal lainnya. Saya sempat bercerita tentang soal rumput ini, dan mendengar satu istilah yang baru sekarang saya pahami betul : delaying gratification. Soal rumput ini adalah salah satu contohnya. Dan menurut beliau, adalah penting sekali anak-anak mengalami dan belajar soal ini : menunda kesenangan. Saya memahami bahwa hal ini akan menjadi bekal yang penting bagi hidup anak-anak kita saat dewasa kelak. Saya membayangkan bahwa hal-hal semacam inilah yang akan membuat hidup seseorang menjadi utuh, seimbang dan bermakna.
Rumput... tanpa diduga kita bisa belajar banyak dari tumbuhan sederhana ini. Beberapa waktu lalu Abah Iwan bicara tentang bagaimana kita semua bisa belajar dari rumput... Ternyata dari Gobind kita tahu bahwa rumput adalah media untuk kita belajar menunda kesenangan - delaying gratification... Semoga kita semua bisa terus menemukan hal-hal baru dari mahluk sederhana yang juga ciptaan Tuhan yang Maha Besar. Sungguh, semua orang (bahkan segala sesuatu) adalah guru, dan alam semesta adalah ruang kelasku...
Buat kami para guru, kondisi ini memang berbenturan antara bagaimana memfasilitasi kebutuhan murid bergerak dan beraktifitas fisik, dan bagaimana sekolah memelihara fasilitas yang ada agar tetap dalam kondisi baik. Sebelumnya hal ini kami coba atasi melalui apa yang kita sebut dengan Hari Rumput, tapi tampaknya Hari Rumput ini jauh dari memadai untuk menjaga supaya lapangan rumput di sekolah tetap hijau dan sehat.
Sebuah gagasan muncul untuk meminta pendapat langsung dari teman-teman yang memang memanfaatkannya untuk bermain sehari-hari. Akhirnya terselenggaralah pertemuan yang diistilahkan MPR (Majelis Permusyawaratan Rumput) di mana setiap kelompok belajar (kelas) mengirimkan dua orang wakil ke sebuah pertemuan dengan kak Andy untuk menemukan solusi terbaik dari situasi ini. Ijinkan saya sedikit bercerita tentang pertemuan yang baru pertama kali diselenggarakan di Semi Palar.
Pertemuan dihadiri semua kelompok mulai dari kelas terbesar (Macan Kumbang - SD 6) sampai terkecil (Kancil - PG) - sayangnya kami tidak sempat membuat dokumentasi dari pertemuan tersebut. Semua teman hadir sepertinya dengan kesadaran besar akan apa yang hendak dilakukan di pertemuan ini. Karena waktu yang singkat, saya membukanya dengan memperlihatkan kondisi lapangan rumput kita dulu dan sekarang. Segera saja teman-teman kecil ini paham situasinya, dan bersepakat untuk mengembalikan lapangan rumput ke kondisi sebelumnya.
Ide-ide bermunculan dari semua yang hadir, teman-teman dari Jalak Bali bahkan hadir membawa notulensi pembicaraan mereka sebelumnya di kelompok mereka. Luar biasa sekali bagaimana mereka bisa saling memberikan pendapat, mendengarkan pendapat teman bahkan sampai ke adik-adik yang terkecil sekalipun. Semua mendengarkan saat seorang wakil dari kelompok Kancil (diwakili Yazid) mengemukakan pendapatnya - walaupun berbeda dari pendapat teman-temannya yang lain. Yazid bilang, ia lebih suka lapangan yang banyak tanahnya :-). Mereka juga bertanya kritis :"ka Andy, kalau menanam rumput itu perlu waktu berapa lama?"
Akhirnya kesepakatan bersama dibuat bahwa lapangan rumput akan segera ditanami kembali. Hari Rumput akan dijalankan selama 2 kali jangka waktu satu bulan dalam satu semester. Teman-teman kecil ini sadar betul bahwa karena area lapangan terbatas dan tidak mungkin diperluas sementara jumlah murid semakin banyak dan Hari Rumput yang dulu dijalankan tidak memadai untuk menjaga lapangan rumput tetap dalam kondisi baik. Yang mengagumkan adalah bahwa mereka juga sangat menyadari bahwa sebagai konsekuensinya, mereka tidak akan bisa bermain di lapangan rumput selama jangka waktu tersebut.
Beberapa hari berselang, Semi Palar kedatangan seorang kenalan baru yang datang dari Bali, namanya Gobind Vashdev, penulis buku Happines Inside, beliau banyak berbagi ke banyak orang lewat seminar dan workshop, khususnya dari sudut pandang kehidupan dan spiritualitas. Tidak tahu persis apa yang mendorong Gobind berkunjung ke Semi Palar, tapi setelah berbincang terasa jelas bahwa kita punya banyak pandangan yang sejalan tentang pendidikan dan banyak hal lainnya. Saya sempat bercerita tentang soal rumput ini, dan mendengar satu istilah yang baru sekarang saya pahami betul : delaying gratification. Soal rumput ini adalah salah satu contohnya. Dan menurut beliau, adalah penting sekali anak-anak mengalami dan belajar soal ini : menunda kesenangan. Saya memahami bahwa hal ini akan menjadi bekal yang penting bagi hidup anak-anak kita saat dewasa kelak. Saya membayangkan bahwa hal-hal semacam inilah yang akan membuat hidup seseorang menjadi utuh, seimbang dan bermakna.
Rumput... tanpa diduga kita bisa belajar banyak dari tumbuhan sederhana ini. Beberapa waktu lalu Abah Iwan bicara tentang bagaimana kita semua bisa belajar dari rumput... Ternyata dari Gobind kita tahu bahwa rumput adalah media untuk kita belajar menunda kesenangan - delaying gratification... Semoga kita semua bisa terus menemukan hal-hal baru dari mahluk sederhana yang juga ciptaan Tuhan yang Maha Besar. Sungguh, semua orang (bahkan segala sesuatu) adalah guru, dan alam semesta adalah ruang kelasku...
19 Februari 2012
sulitnya mengolah sampah
Sudah sejak awal Semi Palar berusaha menaruh perhatian besar pada masalah-masalah lingkungan hidup. Sampah adalah salah satunya. Kita terbiasa memperlakukan sampah sebagai sampah : tinggal dibuang, titik. Tidak disadari, cara pandang kita terhadap sampah adalah sumber masalah besar bagi planet bumi tempat tinggal kita...
Lalu apa yang harus dilakukan? Kita harus mulai mengolah sampah kita. Langkah paling sederhana untuk mengolah sampah adalah berpikir dahulu saat menempatkan sampah pada tempatnya. Sampah kalau diolah bisa menjadi berkah... Mengolah sampah yang paling sederhana adalah memilahnya. Kita perlu mengubah cara berpikir kita; mengubah kata-kata "Buanglah sampah pada tempatnya" menjadi "Tempatkanlah sampah pada tempatnya".
Kata-kata 'buang' bermakna bahwa sampah sudah tidak ada nilainya. Saat kita bicara 'menempatkan sampah', berarti sampah masih masih memiliki nilai, dan memang betul sampah masih punya nilai, bahkan sampah punya nilai ekonomi yang cukup besar.
Gambar di samping ini, saya ambil beberapa waktu lalu di kantin Semi Palar. Walaupun sudah ada penanda jelas bahwa kotak ini adalah tempat untuk gelas dan botol plastik, banyak yang tidak menaruh perhatian dan menganggapnya sama seperti tempat sampah lain. Padahal di sebelahnya sudah disiapkan tempat sampah untuk jenis-jenis sampah yang lain... Ini mendakan bahwa kebanyakan dari kita memang tidak pernah berpikir saat membuang sampah. Hal inilah yang harus kita ubah. Langkah pertama mengolah sampah adalah berpikir untuk menempatkan sampah pada tempatnya... Sampah yang terpilah dan terkumpul sesuai jenisnya memiliki nilai tambah.
Buat kita di Semi Palar, ini adalah juga bentuk pendidikan karakter bagi anak-anak kita. Saat kita orang dewasa tidak memberi contoh yang semestinya, hal ini juga yang akan ditiru anak-anak kita. Semoga hal ini bisa kita perbaiki.
Sebagai informasi, Semi Palar punya tempat sampah khusus kemasan aseptik (kemasan karton minuman - Tetrapak dan sejenisnya) juga punya tempat sampah khusus baterai bekas. Di kantor, kami punya tempat sampah khusus kertas. Semuanya disiapkan supaya sampah tidak sekedar langsung ditimbun di TPA, tapi siap untuk didaur ulang.
Dulu kita sempat punya keranjang Takakura, untuk mengolah sampah dapur dan sisa makanan. Rencananya dalam waktu dekat keranjang Takakura akan diaktifkan lagi.
Sementara ini, ayo kita lakukan yang kita bisa, tempatkan sampah pada tempatnya!
Lalu apa yang harus dilakukan? Kita harus mulai mengolah sampah kita. Langkah paling sederhana untuk mengolah sampah adalah berpikir dahulu saat menempatkan sampah pada tempatnya. Sampah kalau diolah bisa menjadi berkah... Mengolah sampah yang paling sederhana adalah memilahnya. Kita perlu mengubah cara berpikir kita; mengubah kata-kata "Buanglah sampah pada tempatnya" menjadi "Tempatkanlah sampah pada tempatnya".
Kata-kata 'buang' bermakna bahwa sampah sudah tidak ada nilainya. Saat kita bicara 'menempatkan sampah', berarti sampah masih masih memiliki nilai, dan memang betul sampah masih punya nilai, bahkan sampah punya nilai ekonomi yang cukup besar.
Gambar di samping ini, saya ambil beberapa waktu lalu di kantin Semi Palar. Walaupun sudah ada penanda jelas bahwa kotak ini adalah tempat untuk gelas dan botol plastik, banyak yang tidak menaruh perhatian dan menganggapnya sama seperti tempat sampah lain. Padahal di sebelahnya sudah disiapkan tempat sampah untuk jenis-jenis sampah yang lain... Ini mendakan bahwa kebanyakan dari kita memang tidak pernah berpikir saat membuang sampah. Hal inilah yang harus kita ubah. Langkah pertama mengolah sampah adalah berpikir untuk menempatkan sampah pada tempatnya... Sampah yang terpilah dan terkumpul sesuai jenisnya memiliki nilai tambah.
Buat kita di Semi Palar, ini adalah juga bentuk pendidikan karakter bagi anak-anak kita. Saat kita orang dewasa tidak memberi contoh yang semestinya, hal ini juga yang akan ditiru anak-anak kita. Semoga hal ini bisa kita perbaiki.
Sebagai informasi, Semi Palar punya tempat sampah khusus kemasan aseptik (kemasan karton minuman - Tetrapak dan sejenisnya) juga punya tempat sampah khusus baterai bekas. Di kantor, kami punya tempat sampah khusus kertas. Semuanya disiapkan supaya sampah tidak sekedar langsung ditimbun di TPA, tapi siap untuk didaur ulang.
Dulu kita sempat punya keranjang Takakura, untuk mengolah sampah dapur dan sisa makanan. Rencananya dalam waktu dekat keranjang Takakura akan diaktifkan lagi.
Sementara ini, ayo kita lakukan yang kita bisa, tempatkan sampah pada tempatnya!
label
dari redaksi,
lingkungan hidup
17 Februari 2012
LeuKaS (Leumpang ka Sakola)
Dimulai sejak peringatan Hari Bumi di tahun 2008, teman-teman kecil, para kakak dan orang tua di Semi Palar melakukan kegiatan Jalan Kaki ke Sekolah. Gagasan dasarnya adalah sederhana: mengurangi jarak berkendaraan bermotor ke sekolah. Kita semua berangkat ke sekolah berjalan kaki - sempat juga ada yang bersepeda - dari beberapa titik kumpul di sekitar sekolah. Pada peringatan Hari Bumi tahun 2009 dan 2010, kegiatan ini diulang kembali. Walaupun kegiatan ini sudah dijalankan secara konsisten setiap tahun, kegiatan ini tentunya masih jauh dari cukup.
Sejak semester lalu, kami mencoba membawa kegiatan ini satu langkah lebih maju, supaya kegiatan jalan kaki ke sekolah ini bukan sekedar jadi seremonial yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Bumi. Gerakan ini harus terus maju sampai menjadi pilihan kita semua mengenai perubahan moda transportasi masyarakat kota. Jalan kaki harus kembali menjadi salah satu pilihan kita untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain - apalagi untuk jarak tempuh yang relatif dekat. Bukan hanya baik untuk bumi, ternyata jalan kaki bareng-bareng mendekatkan kita satu sama lain.
Di tahun ini, LeuKaS kita jalankan pada tanggal 22 setiap bulannya. Jadi jangan lupa, jadwal Leumpang ka Sakola selanjutnya di semester ini adalah pada tanggal 22 Februari, Maret dan bulan Mei. Untuk bumi kita yang kembali lestari!
LeuKaS November 2011
Sejak semester lalu, kami mencoba membawa kegiatan ini satu langkah lebih maju, supaya kegiatan jalan kaki ke sekolah ini bukan sekedar jadi seremonial yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Bumi. Gerakan ini harus terus maju sampai menjadi pilihan kita semua mengenai perubahan moda transportasi masyarakat kota. Jalan kaki harus kembali menjadi salah satu pilihan kita untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain - apalagi untuk jarak tempuh yang relatif dekat. Bukan hanya baik untuk bumi, ternyata jalan kaki bareng-bareng mendekatkan kita satu sama lain.
Di tahun ini, LeuKaS kita jalankan pada tanggal 22 setiap bulannya. Jadi jangan lupa, jadwal Leumpang ka Sakola selanjutnya di semester ini adalah pada tanggal 22 Februari, Maret dan bulan Mei. Untuk bumi kita yang kembali lestari!
label
lingkungan hidup,
lintas jenjang
membenahi parkiran Semi Palar : hasil karya para ayah
Sudah lama blog Semi Palar tidak sempat ter-update. Tapi hari ini ada peristiwa luar biasa, peristiwa langka yang tidak boleh tidak diabadikan. Sejak pagi tadi, beberapa rekan orang tua, para ayah murid-murid Semi Palar sudah sibuk dengan meteran, sikat kawat, benang dan paku mencoba menemukan tata letak parkiran mobil dan motor di Semi Palar. Tidak lama kemudian, peralatan (cat dan kuas) berikutnya mulai dikeluarkan, dan para ayah mulai mengeluarkan keahliannya, memberi tanda batas parkir, supaya kita semua bisa lebih tahu bagaimana memosisikan kendaraan kita di tempat parkir.
Luar biasanya, semua bahan, alat dan tenaga lengkap disuplai secara mandiri oleh para ayah ini. Salut untuk para ayah yang terjun langsung : pak Anthon Black (papa Feta & Nara), pak Denny (papa Nathan), pak Filemon (papa Saskia), pak Andrea (ayah Arfa), pak Jojo (papa Kano), pak Prima (ayah Nala), pak Mark (papa Sydney), pak Maurits (papa Tasha), pak Andre (papa Ray dan Grace) dan siapa lagi ya... mudah2an tidak ada yang terlewat. Sementara di kantin, para ibu sudah siap dengan hidangan yang komplit untuk para ayah selesai kerja. Kompak betul!
Ini luapan energi kreatif yang luar biasa... Terima kasih banyak. Apresiasi dari kita semua, yang setiap hari menginjakkan kaki di pelataran parkir Semi Palar. Semoga kita semua juga bisa lebih tertib saat memanfaatkan area parkir kita bersama.
04 Desember 2011
[serial kenapa] Kenapa di Semi Palar ada Hari Rumput?
Dari waktu ke waktu, ada sesuatu yang di Semi Palar kita sebut Hari Rumput. Beberapa rekamannya ada di sini (tahun 2007) dan di sini (tahun 2008). Memang ini sesuatu yang tidak lazim, bahkan mungkin aneh untuk sebagian orang. Karena dengan area bermain yang tidak terlampau luas di Semi Palar, lapangan rumput adalah bagian penting dari keseharian anak. Lapangan kecil ini adalah ruang di mana anak kejar-kejaran dan main bola. Lompat tali bahkan berguling-guling. Menjadi sangat menarik saat anak bisa sangat memahami dan dengan disiplin dan konsekuensi tinggi bersepakat selama jangka waktu tertentu untuk tidak menginjak rumput. Dalam prakteknya juga, mereka tidak banyak protes, tidak banyak bertanya, seakan segera paham untuk apa Hari Rumput ini diadakan. Ini berlaku tidak hanya di anak-anak yang sudah besar tapi juga di anak-anak yang masih kecil.
Hari Rumput adalah hari-hari di mana siapapun di Semi Palar memberi ruang dan waktu kepada helai-helai rumput untuk beristirahat. Untuk menumbuhkan diri, untuk menyegarkan dirinya kembali, tanpa terganggu. Bagi kita semua, ini kita harapkan menciptakan kesadaran bahwa hal kecil (rumput) yang biasanya sehari-hari tidak kita perhatikan, bahkan kita injak-injak adalah juga mahluk hidup. Mahluk hidup seperti kita adanya.
Sabtu, 3 Desember yang lalu, Rumah Belajar Semi Palar kedatangan Abah Iwan - yang berbagi dan menginspirasi kami yang hadir. Gambar di bawah ini adalah saat Abah bercerita, mengingatkan kita betapa kita sangat berhutang budi pada segala rumput dan pepohonan di sekitar kita. Satu-satunya penghasil oksigen di muka bumi ini adalah tetumbuhan. Cobalah menahan nafas selama 1-2 menit, dan kita menjadi sedikit paham pentingnya tetumbuhan di muka bumi ini.
Menarik bahwa Abah sempat bercerita mengenai bagaimana ayahnya tidak membolehkan Abah untuk menjadi pecinta alam. Lho, kenapa melarang? Karena alam adalah bagian dari kehidupan. Alam adalah bagian dari kita, kita adalah bagian dari alam. Kita adalah satu. Kalau kita mengatakan kita mencintai alam, seakan kita adalah bagian terpisah dari alam, kita menempatkan diri sebagai sesuatu yang lebih dari alam. Kesadaran ini - yang begitu sederhana tapi mendasar - adalah hal penting yang perlu kita tumbuhkan dalam diri kita, dalam diri anak-anak kita. Dalam pertemuan kemarin, Abah berulang-ulang bertanya, "Who are we, siapa kita?" Kenapa kita manusia merasa begitu istimewa, begitu tinggi hati.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Ayo kita bersentuhan dengan rumput, dengan bunga dan pohon, dengan alam, dengan semesta... Menyentuhnya dengan jemari, menyentuhnya dengan perhatian, dengan batin kita...
Hari Rumput adalah hari-hari di mana siapapun di Semi Palar memberi ruang dan waktu kepada helai-helai rumput untuk beristirahat. Untuk menumbuhkan diri, untuk menyegarkan dirinya kembali, tanpa terganggu. Bagi kita semua, ini kita harapkan menciptakan kesadaran bahwa hal kecil (rumput) yang biasanya sehari-hari tidak kita perhatikan, bahkan kita injak-injak adalah juga mahluk hidup. Mahluk hidup seperti kita adanya.
Sabtu, 3 Desember yang lalu, Rumah Belajar Semi Palar kedatangan Abah Iwan - yang berbagi dan menginspirasi kami yang hadir. Gambar di bawah ini adalah saat Abah bercerita, mengingatkan kita betapa kita sangat berhutang budi pada segala rumput dan pepohonan di sekitar kita. Satu-satunya penghasil oksigen di muka bumi ini adalah tetumbuhan. Cobalah menahan nafas selama 1-2 menit, dan kita menjadi sedikit paham pentingnya tetumbuhan di muka bumi ini.
Menarik bahwa Abah sempat bercerita mengenai bagaimana ayahnya tidak membolehkan Abah untuk menjadi pecinta alam. Lho, kenapa melarang? Karena alam adalah bagian dari kehidupan. Alam adalah bagian dari kita, kita adalah bagian dari alam. Kita adalah satu. Kalau kita mengatakan kita mencintai alam, seakan kita adalah bagian terpisah dari alam, kita menempatkan diri sebagai sesuatu yang lebih dari alam. Kesadaran ini - yang begitu sederhana tapi mendasar - adalah hal penting yang perlu kita tumbuhkan dalam diri kita, dalam diri anak-anak kita. Dalam pertemuan kemarin, Abah berulang-ulang bertanya, "Who are we, siapa kita?" Kenapa kita manusia merasa begitu istimewa, begitu tinggi hati.
Lalu apa yang bisa kita lakukan? Ayo kita bersentuhan dengan rumput, dengan bunga dan pohon, dengan alam, dengan semesta... Menyentuhnya dengan jemari, menyentuhnya dengan perhatian, dengan batin kita...
Mudah-mudahan dengan segala pemahaman kita yang terbatas kita bisa belajar dan kembali memahami kebersatuan kita dengan alam yang semakin hilang. Mungkin kita bisa mulai belajar dari rumput... Mudah-mudahan...
Hatur nuhun Abah Iwan untuk inspirasinya...
Hatur nuhun Abah Iwan untuk inspirasinya...
label
ada apa?,
kenapa?,
lingkungan hidup,
program khusus
14 November 2011
[Jalak Bali] melepaskan sang kupu-kupu...
(klik untuk foto lebih besar)
Momen ini momen istimewa buat teman-teman kelompok Jalak Bali, setelah mereka
menjadikan beberapa ekor ulat sebagai teman mereka sehari-hari di kelas...
memberi mereka makan, lalu sang ulat mulai membungkus dirinya menjadi kepompong...
lalu menetas dan menjadi kupu-kupu.
ekspresi wajah mereka bercerita, bagaimana peristiwa kecil yang terjadi di sekitar kita
- yang seringkali terlewatkan - satu dari sekian banyak keajaiban semesta...
27 Oktober 2011
[Harimau Sumatera] Respon Review Bahasa Indonesia
Respon-respon kritis teman kelompok Harimau Sumatera (SD-5) di Review Bahasa Indonesia :
[Benita]
Pertanyaan : B - S : Jika kita membaca sebuah buku dan kita merasa tidak atau kurang tertarik, sudah pasti kesalahannya ada pada buku atau si penulis buku itu.
Jawab : SALAH. Alasan / penjelasanku : Kita yang harus mengerti di mana titik keasyikan membaca buku itu.
[Chrissy]
Pertanyaan : B - S : Aku setuju dengan pepatah yang mengatakan "Bahasa adalah jendela ilmu".
Jawab : SALAH. Alasan / penjelasanku : Karena bukan buku saja yang bisa menjadi jendela ilmu.
[Benita]
Pertanyaan : B - S : Jika kita membaca sebuah buku dan kita merasa tidak atau kurang tertarik, sudah pasti kesalahannya ada pada buku atau si penulis buku itu.
Jawab : SALAH. Alasan / penjelasanku : Kita yang harus mengerti di mana titik keasyikan membaca buku itu.
[Chrissy]
Pertanyaan : B - S : Aku setuju dengan pepatah yang mengatakan "Bahasa adalah jendela ilmu".
Jawab : SALAH. Alasan / penjelasanku : Karena bukan buku saja yang bisa menjadi jendela ilmu.
Langganan:
Postingan (Atom)