Apa yang yang terlintas bila saya menyebut kata, jiwel, awug, ongol-ongol, putu mayang, ali agrem, putri noong? Nama-nama itu mungkin asing tapi bisa jadi cukup familier atau malah berpikir, “rasanya pernah dengar, tapi apaan ya itu?”. Wah, kalau bingung dengan nama-nama itu, coba tanyakan pada anak-anak Kelompok Gatotkaca (PG), Srikandi (TK A), dan Hanoman (TK B), pasti mereka akan menjelaskan hal tersebut serta menggambarkan rasanya. Kenapa harus bertanya pada mereka? Karena mereka baru saja diajak Kakak mengenal dan merasakan makan-makanan khas dari desa.
Kegiatan ini benar-benar menarik, apalagi ditambah komentar-komentar yang mereka sampaikan saat mengamati jenis-jenis makanan tersebut.
“Ini apa, teman-teman?”, ujar Kakak sambil menunjukkan ali agrem.
Dengan lantang Rianna menjawab, “Donat!”
“Ini namanya putri noong, teman-teman yang artinya putri yang lagi ngintip.”, sambil Kakak tunjukkan makanan yang terbuat dari tepung singkong.
“Hah?! Mana putrinya?”, ujar Janar dengan kebingungan.
“Nah, teman-teman makanan mana yang paling disukai?”, tanyaku pada anak-anak Kelompok Gatotkaca.
“Aku suka semuanya! Semuanya enak!”, ujar Milo sumringah.
Kegiatan tersebut tidak hanya mengenalkan makanan dari desa, namun anak-anak pun diajak mengenali berbagai jenis sayuran. Terung, pare, kecipir, wortel, daun bawang, bawang putih, daun bawang, tebu hingga petai. Dan tidak lupa, anak-anak pun dikenalkan dengan makanan pokok kita, yaitu beras. Pengenalan tentang beras ini menjadi unik karena banyak anak-anak yang belum pernah melihat padi dan sempat merasa terkejut bahwa biji padi itu adalah beras.
Melihat, meraba, merasa dan kemudian menuangkannya ke dalam gambar pengamatan membuat kegiatan ini semakin lengkap. Tema Desa Mekanika semakin seru dengan mengenalkan banyak hal tentang desa yang ternyata masih asing bagi anak-anak.